13 Juli 2009
Bahasa Sunda
Suatu pagi di kantor KLH saya kebetulan satu lift dengan dua orang bule berdasi. Yang menarik, keduanya ternyata berbicara dalam bahasa Sunda. Karena kami hanya bertiga, saya penasaran dan bertanya ”Timana kawit?” salah satunya menjawab ”Ustrali..” sambil tersenyum dan keluar di lantai 5. Pemandangan yang sangat kontras dengan kejadian 10 tahun yang lalu yang tiba-tiba terlintas, waktu saya naik KRD dari Padalarang ke Kiara Condong, seorang ibu muda yang (maaf) kelihatannya lusuh dan miskin memarahi anaknya yang ingin jajan ”Diam gak, nanti mamah cubit!!” setelah itu sang ibu muda menggerutu dengan tidak memandang ke anaknya ”keur teu boga duit teh hayoh hayang wae jajan”. Sambul menuju ke Komisi Amdal di lantai 6, saya tersenyum bangga tapi juga sedih sekaligus prihatin.
BANGGA : karena saya adalah Orang Sunda. Pada setiap kesempatan bisa berbahasa Sunda, saya akan selalu menggunakannya, termasuk di Facebook ini dengan 90% teman Sunda juga. (Tulisan ini sengaja berbahasa Indonesia agar semua teman yang pernah komplain karena saya lebih sering berbahasa Sunda bisa memahami bahwa memang kami tidak punya maksud bersikap rasial).
SEDIH: karena banyak yang mulai meninggalkan Bahasa Sunda. Semua ibu muda dan yang setengah tua sekarang dipanggil mamah, bunda atau umi. Anak-anak kecil pun tidak mengerti Bahasa Sunda. Sewaktu saya tinggal di Bandung, anak saya tidak bisa berinteraksi di playgroupnya karena ngomongnya Bahasa Sunda. Coba lihat berapa persen spanduk, iklan dan sebagainya yang berbahasa Sunda di Kota Bandung, jantungnya Komunitas Sunda. Atau coba sesekali mendengar percakapan luar panggung pada acara-acara yang bertema ”Ngamumule Basa Sunda”, menyedihkan sekali.Dan banyak lagi.
PRIHATIN : karena gejala-gejala seperti itu ada budayawan yang memperkirakan 200 tahun mendatang Sunda tinggal Situs. Jangan-jangan itu akan benar-benar terjadi.
Sebagai orang Sunda, tentunya kita tidak ingin itu terjadi. Maka harus ada upaya pada berbagai lini untuk benar-benar ngamumule Bahasa Sunda, tentunya tidak sekedar membentuk komunitas formal......
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar