13 Juli 2009

Pulau Gebe Pasca Tambang (1)


Pulau Gebe merupakan pulau paling timur Propinsi Maluku Utara. Di pulau seluah 224 km persegi orang ini sejak tahun 1979 telah dilakukan penambangan nikel oleh PT. Aneka Tambang, karena itu kecamatan Pulau Gebe lebih berkembang daripada kecamatan lain di sekitarnya. Namun apa yang terjadi setelah tahun 2004, setelah Aneka Tambang selesai melakukan eksplorasinya dan meninggalkan Pulau Gebe? Sungguh memprihatinkan….. 

Sepertinya masyarakat BELUM SIAP untuk ditinggalkan Aneka Tambang. Tak kurang dari 800 orang pasca penutupan tambang meninggalkan pulau ini, termasuk sekitar 100 penduduk setempat setelah berhasil mengantongi pesangon dari PHK. Jumlah penduduk tetap pulau itu pun terus berkurang dari 5.600 jiwa pada akhir 2007 menjadi 4.300 jiwa pada Juni 2009.

Memang, Pemerintah Prov. Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah berencana mengembangkan kawasan tersebut sebagai sentra industri kelautan dan pariwisata. Namun fakta di lokasi menunjukan lain. Masyarakat yang handal melaut sangat terbatas. Infrastruktur pariwisata yang dibangga-banggakan ternyata sudah tidak layak operasi lagi karena beberapat tahun tidak terpelihara. Bandara sudah rusak, lapangan golf sudah menjadi areal penggembalaan, kolam renang sudah retak dan bocor, lapang tenis dan taman kota eks kompleks perumahan karyawan Aneka Tambang sudah berubah menjadi semak belukar setengah hutan. Kini yang ditemui adalah pasar yang sepi, toko-toko yang hampir tutup dan banyak tukang ojek mantan pegawai pertambangan. Sementara investasi swasta terganjal oleh adanya penetapan status hutan lindung untuk pulau tersebut.

Dan lagi, transportasi ke sana hanya dapat dilakukan melalui kapal perintis Kieraha I, melalui jalur selatan kepulauan Halmahera dan Kieraha II melalui jalur utara dengan frekuensi masing-masing 1 bulan 3 kali. Sekali perjalanan ke pulau tersebut membutuhkan tidak kurang dari Rp. 250.000. Saat ini memang masih ada penerbangan perintis ke Ternate 2x per minggu dengan Cassa 212 kapasitas 20 penumpang, itupun mungkin segera berakhir karena bandara eks Antam tersebut tidak pernah ada perawatan.

Sungguh menjadi tanda tanya besar bagi kehidupan Pulau Gebe beberapa tahun ke depan. Roda perekonomian berputar semakin pelan dan mengecil. Seperti keluhan beberapa mantan karwanan tambang yang bingung karena tidak punya pekerjaan lagi, juga para tukang ojek yang tiba-tiba banyak pesaing (dari mantan pegawai tambang) sementara pengguna menurun drastis dan para pedagang yang semakin kekurangan pembeli...... (to be continued).

Oleh : Taryadi, Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar