13 Juli 2009

SAONEK


Salah satu poin dalam Millennium Development Goals adalah Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development yaitu usaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. 

Pada awalnya sangat susah membanyangkan bagaimana manusia dapat menggali sumberdaya alam dengan mensisakannya buat anak cucu. Karena kenyatannya, jangankan barang tambang (sumberdaya tak terpulihkan), hutanpun yang bisa dipulihkan kabarnya ditebang secara besar-besaran, sementara proses penanaman kembalinya sangat kecil sehingga mempengaruhi keseimbangan lingkungan.

Tahun 2006 lalu, sepulang dari Pulau Waigeo, ibukota Kabupaten Raja Ampat, saya sengaja transit di Pulau Saonek, sebuah pulau kecil sebesar Kota Bogor yang merupakan salah satu cikal bakal kehidupan di kepulauan Raja Ampat tersebut. Satu-satunya penginapan yang ada disitu kebetulan penuh, sehingga untuk menunggu kedatangan kapal ke Sorong saya hanya nongkrong di dermaga dan sekitarnya.

Sore itu sangat cerah, puluhan remaja dan dewasa terlihat sedang memancing dengan mata kail berbentuk jangkar. Di bawah dermaga kayu pulau itu terlihat ribuan, mungkin jutaan ikan yang menjadi minat para pemancing tersebut. Anehnya, selama 2 hari disana tidak satupun terlihat ada yang menangkap ikan dengan jaring. 

Karena penasaran, beberapa pemancing saya tanya ”kenapa tidak dengan jaring, hasilnya pasti jauh lebih banyak..?” semua hampir memberikan jawaban yang sama, bahwa disana menggunakan jaring tidak diperbolehkan oleh masyarakat karena jika pakai jaring, ikan akan habis. 

Ah... suatu cara pandang dan jawaban yang sangat sederhana. Masyarakat Saonek, yang notabene sangat jauh dari kemodernan Jakarta, ternyata memiliki pandangan maju tentang pembangunan berkelanjutan. Mereka tidak ada yang serakah.....(Taryadi 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar